Bahwa profesi pengusaha (entrepreneur)
menjanjikan peluang peningkatan penghasilan yang berlipat? Yes, karena
itulah banyak diantara kita ingin jadi entrepreneur sukses.
Bahwa profesi pengusaha memungkinkan kita bebas
finasial di hari tua karena tabungan cukup sehingga kita bisa pensiun
lebih tenang dan fokus untuk misi hidup yang lain? Betul demikian dan
sudah banyak yang membuktikan. Hanya saja memang tak mudah menjadi
entrepreneur sukses, terbukti banyak pula yang gagal.
Selain
itu, tak sedikit orang yang masuk ke dunia wirausaha dengan
terburu-buru dan emosi. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan matang ia
langsung tinggalkan pekerjaan sebelumnya yang notabene merupakan andalan
mata pencaharian keluarga. Angan-angannya langsung melambung,
membumbung, dan membayangkan hidup serba-enak bila menjadi pengusaha
sukses dengan penghasilan berlipat. Ia lupa bahwa berwirausaha juga
punya resiko, resiko gagal dan bangkrut. Ia lupa merencanakan bagaimana
seandainya ia gagal memulai. Harus diakui, banyak sekali
orang
bertindak semacam ini, yang akhirnya bukannya makin bersemangat
berwirausaha namun justru menjadi antipati alias benci dan menyesal
kenapa melangkah jadi entrepreneur. Bahkan kadang jadi menyalahkan orang
lain. Apalagi kalau yang hingga cerai dengan istri atau dibenci sanak
keluarga. Cara pandang dan cara memulai entrepreneur 'yang asal berani'
seperti ini tentu saja kurang elegan.
Disini saya
ingin memberikan beberapa informasi alternatif cara aman masuk menjadi
entrepreneur sesuai yang saya tahu dari relasi-relasi saya pengusaha
yang sudah terbukti sukses. Kalau kita ingin mandiri berwirausaha alias
menjadi entrepreneur, kita tidak harus langsung cabut dari profesi lama
kita. Tidak perlu grusa-grusu. Kita harus
dengan dingin membedakan
antara berani dan nekad. Apalagi kalau yang sudah punya tanggungan
keluarga, kita juga harus menimbang ada sekian jiwa yang ikut dalam
gerbong kita sehingga kalau kita salah kemudi mereka juga bisa kejeblos.
Berikut ini beberapa informasi cara yang lebih aman untuk pindah ke kuadran entrepreneur.
Pertama;
kita bisa memulai berwirausaha dengan melakukan penyertaan saham di
bisnis teman kita sembari kita tetap kerja dulu di perusahaan lama kita.
Jadi kita setor modal ke kawan yang punya bisnis bagus dan nanti bagi
kita dapat bagi hasil. Dari sini kita juga sekalian mulai belajar
mengelola usaha. Pelan-pelan kita mulai aktif terjun di
dalamnya dan
membantu kerja bareng dengan si teman itu. Kalau skala usaha joinan
dengan teman itu bagus dan penghasilan dari bagi hasil itu sudah bisa
untuk menutup kebutuhan hidup kita dan keluarga, barulah kita putuskan
keluar. Jadi ketika kita keluar dari perusahaanlama tidak kaget karena
tetap ada penghasilan.
Kedua, jurus menginjak dua
kapal. Artinya, kita masih sebagai karyawan di sebuah perusahaan mapan,
namun di waktu yang sama juga merintis usaha alias menjalankan usaha
milik sendiri. Cara ini dimungkinkan bagi mereka-mereka yang punya cukup
waktu luang sehingga bisa nyambi. Sebenarmnya cara ini sekarang lebih
dimungkinkan karena adanya HP dan telpon yang memudahkan koordinasi.
Jadi, sementara kita di kantor kita bisa sembari mengendalikan bisnis
sendiri dari jarak jauh. Hingga skala tertentu nyambi ini sangat
dimungkinkan, namun kalau bisnisnya
mulai membesar kita pasti harus
cabut. Yang jelas, strategi menginjak dua kapal ini merupakan pilihan
aman agar kita dalam melangkah jadi
entreprenur. Jadi sementara satu
kaki kita masih ada di kapal milik perusahaan lain, satu kaki kita
melakukan test market untuk membangun bisnis sendiri. Cara ini paling
umum dijalankan oleh para perintis usaha.
Ketiga,
kalau anda tidak mau joinan dengan orang lain dan tidak bisa berdiri di
dua kapal, kita bisa berdayakan pasangan kita (istri/suami). Jadi,
sementara kita masih kerja di perusahaan lama, pasangan kita (istri atau
suami) yang mengurusi bisnis sendiri untuk masa-masa perintisan ini.
Artinya sekoci pendapatan keluarga masih ada
yang bisa diandalkan,
baik buat beli beras atau susu anak-anak. Kalau usaha sendiri ini sudah
jalan, silahkan saja keluar dari kerja di perusahaan orang lain itu.
Keempat,
kalau Anda sudah ngebet sekali untuk menjadi entrepreneur dan yakin
bakal sukses merasa tak perlu pakai ban serep seperti itu, setidaknya
Anda tetap bisa melakukan pengamanan lain, yakni dana pendidikan anak.
Tabungan anak harus tetap ada dan disendirikan. Jadi katakanlah proses
dia menjadi entrepreneur itu gagal, dana pendidikan anak tetap aman.
Jadi
itu beberapa kiat aman pindah ke kuadran entrepreneur. Semoga dengan
cara itu proses transisi
menjadi pengusaha sukses menjadi melegakan
semua pihak, tidak ada penyesalan-penyesalan .